Di suatu hari nan cerah, Abu Hurairah, salah satu sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah saw, berjalan melintasi sebuah pasar di kota Madinah. Nampak sekali suasana pasar yang sangat ramai. Beberapa orang terlihat sibuk menjajakan barang dagangannya, sedang yang lainnya berjalan lalu lalang mencari barang yang diinginkan.
Melihat pemandangan itu, sahabat yang sangat bersahaja ini tersenyum. Lalu, ia pun menghampiri sekelompok orang dan berkata, “Saudaraku, alangkah sibuknya kalian.”
Beberapa orang yang mengenal dan mendengar sapaan Abu Hurairah segera menoleh, membalas sapaan Abu Hurairah, “ya beginilah, seperti yang kamu lihat.”
“Sayang sekali kalian pada sibuk di sini, padahal saat ini Rasulullah sedang membagikan harta karun yang sangat berharga. Mengapa kalian tidak ingin ikut mengambilnya?” kata Abu Hurairah.
Beberapa orang yang mengenal dan mendengar sapaan Abu Hurairah segera menoleh, membalas sapaan Abu Hurairah, “ya beginilah, seperti yang kamu lihat.”
“Sayang sekali kalian pada sibuk di sini, padahal saat ini Rasulullah sedang membagikan harta karun yang sangat berharga. Mengapa kalian tidak ingin ikut mengambilnya?” kata Abu Hurairah.
Sontak pernyataan Abu Hurairah membuat orang-orang itu kaget. Dengan penasaran mereka bertanya, “Dimana Rasulullah bagi-bagi harta?”
“Di sana. Di Masjid,” jawab Abu Hurairah sambil menunjuk ke suatu arah.
“Di sana. Di Masjid,” jawab Abu Hurairah sambil menunjuk ke suatu arah.
Dengan bergegas orang-orang itu pun meninggalkan pasar menuju masjid. Sementara, Abu Hurairah sendiri tetap berdiri di tempatnya, menunggu oran-orang itu kembali.
Benar juga, tidak berapa lama, orang-orang tadi sudah kembali lagi. Nampak sekali kekecewaan di wajah mereka.
“Wahai Abu Hurairah. Kami tadi datang ke masjid, tetapi kami tidak melihat Rasulullah membagi-bagikan harta, tuh.” ujar mereka.
“Apa kalian tidak melihat orang banyak?” tanya Abu Hurairah.
“Iya, kami melihat banyak orang. Ada yang sedang shalat, ada yang sedang berdzikir, ada yang sedang baca Al-Qur’an...”
“Wahai Abu Hurairah. Kami tadi datang ke masjid, tetapi kami tidak melihat Rasulullah membagi-bagikan harta, tuh.” ujar mereka.
“Apa kalian tidak melihat orang banyak?” tanya Abu Hurairah.
“Iya, kami melihat banyak orang. Ada yang sedang shalat, ada yang sedang berdzikir, ada yang sedang baca Al-Qur’an...”
“Apakah kalian tidak melihat orang yang sedang mengerumuni Rasulullah?”
“Ya, kami melihat mereka..”
“Orang-orang yang duduk berhalaqah (mengelilingi) Rasulullah itu sedang menerima pembagian harta karun yang tak ternilai harganya. Rasulullah sedang membagi-bagikan ilmunya kepada mereka. Bukankah ilmu itu harta yang sangat mahal?” ujar Abu Hurairah.
Orang-orang itu pun terdiam mendengar penjelasan Abu Hurairah. Mereka tak marah, lantaran apa yang disampaikan Abu Hurairah adalah benar adanya.
“Ya, kami melihat mereka..”
“Orang-orang yang duduk berhalaqah (mengelilingi) Rasulullah itu sedang menerima pembagian harta karun yang tak ternilai harganya. Rasulullah sedang membagi-bagikan ilmunya kepada mereka. Bukankah ilmu itu harta yang sangat mahal?” ujar Abu Hurairah.
Orang-orang itu pun terdiam mendengar penjelasan Abu Hurairah. Mereka tak marah, lantaran apa yang disampaikan Abu Hurairah adalah benar adanya.
*******
Benarlah apa yang disampaikan Sahabat Nabi, Muadz bin Jabal:
“Pelajarilah ilmu. Sebab dengan ilmu akan menumbuhkan sikap taqwa kepada Allah. Mempelajari ilmu termasuk ibadah. Menelaahnya disamakan dengan tasbih. Membahasnya setara dengan takbir. Mengajarkannya kepada orang lain dihitung sedekah. Dan mendiskusikannya dengan para alim ulama/ pakar dinilai sebagai bentuk taqarrub kepada Allah...”
Mari terus menerus mencari ilmu, saudara-riku tercinta...
😊❤💕
😊❤💕
0 komentar:
Posting Komentar