Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

QADARAN

*_..._*

(inspirasi dari anakku: Ahmad Ibrahim)

_"Wah…pisangnya bagus-bagus Mbah…"_
kataku sembari berjongkok di depan perempuan sepuh yang berjualan di pinggir jalan depan pasar..
_"Lha monggo dipundut (silahkan dibeli)..."_
kata perempuan itu riang.

Sungguh sudah sangat sepuh, raut wajahnya penuh kerut. Kulitnya hitam. Kurus badannya.
Tapi suaranya nyaring dan riang, giginya terlihat masih utuh....

_"Ini kepok kuning… bagus utk dikolak._
_Ini kepok putih… kalau digoreng sangat manis._
_Lha kalau itu… pisang pista, kulit tipis… harum manis._
_Tapi jangan dibeli karena belum mateng…"_

Aku hanya diam memperhatikan gerak tangannya yang cekatan, meskipun telah _ndredheg_ (gemetar).

_"Sudah lama jualan, Mbah…?"_

_"Belum, ini ngejar rejeki buat lebaran."_

_"Putranya berapa Mbah?"_

_"Kathah (banyak)  ..… pada _glidik_ (kerja) semua…"_

_"Kok nggak istirahat saja to Mbah…_ _siyam-siyam_ (puasa2) _kok jualan.?"_

_"Lha nggih, ini karena siyam niku to , nggak boleh istirahat._
_Mumpung Gusti Allah paring sehat…"_

Aku tercenung dengan jawaban perempuan sepuh itu....
Kulihat tangannya mengusap  kening dan dahinya yang bercucuran keringat, dengan selendang lusuhnya....

Diantara para penjual ‘liar’ dipinggir jalan depan pasar itu perempuan sepuh ini satu diantaranya yang menggelar dagangan tanpa iyup iyup (peneduh).

Padahal hari itu panas luar biasa...

_"Kalau pulang jam berapa Mbah?"_

_"Jam tiga sudah pulang, lha ada kewajiban nyiapkan wedang buat anak-anak TPA."_

_"Kok kewajiban, yang mewajibkan siapa Mbah ?"_

_"Nggih kula piyambak (ya saya sendiri)..."_

_"Ooo…begitu…. Setiap hari, selama puasa?"_

_“Inggih… wong cuma  limapuluhan anak."_

Aku terperanjat kaget...

_"Wah panjenengan (Anda) hebat nggih Mbah…"_

"_Halah cuma wedang sama penganan kecil-kecil kok..._
_Yang penting bocah-bocah rajin ngaji…, mbah sudah seneng._
_Jangan bodoh seperti Mbahe ini yang cuma bisa Fatikah…"_

Aku makin tercekat...
Kumasukkan semua pisang yang ditawarkan ke dalam tas kresek.

_"Kok banyak banget mas..... mau buat apa?"
tanya si mbah heran.

Aku hanya tersenyum.
_"Semua berapa Mbah?"_

Perempuan sepuh itu menyebutkan nominal yang membuatku tercengang....
_"Kok murah banget Mbah...?"_

_"Mboten… itu sudah pas, ini bukan pisang kulakan (dari beli), tapi panen dari kebun sendiri..."_

_"Nggih…matur nuwun…"_ kataku sembari mengulurkan uang.

_"Waduh… nggak ada kembalian mas, belum kepayon (laku)…"_

_"Saya tukarkan uangnya dulu ya Mbah…"_
Aku sengaja meninggalkan perempuan sepuh itu.
Pisang telah kuletakkan di motor.
Mesin motor pun kunyalakan....
Agak menjauh dari perempuan sepuh itu..
Kumasukkan lima puluh lembar uang lima ribuan yang masih baru, ke dalam amplop,
Cukup dibagi satu satu untuk anak TPA
yang katanya ada limapuluhan anak tadi.
Penutup lem ampop kubuka lalu kurapatkan.

_"Niki (ini) mbah, sudah saya tukar, sudah pas nggih…"_

Perempuan sepuh itu menerima amplop masih dengan tangan dredheg (gemetar).
Tanpa menunggu jawaban, aku segera pergi...

Esoknya aku mampir lagi…tapi kosong...
Berikutnya aku mampir lagi…kosong juga...
Penasaran kutanyakan pada ibu pedagang sebelahnya.

_"Mbahe kok nggak jualan Bu?"_

_"Oh nggak, beliau jualan kalau panen pisang aja..._
_sampyean to yang kemarin ngasih amplop.
_Walah Mbahe nangis ngguguk (tersedu2)...   Katanya _bejo_, dapet *qodaran*..._

*Qodaran* barangkali yang dimaksudkan adalah anugerah *lailatul qodar*.
Malam yang lebih baik dari 1000 bulan.
Para malaikat turun dari langit,
Langit hati kita...

Allah melapangkan rejeki dan kemuliannya bagi yang dikehendaki,
Pun mempersempit bagi yang dikehendaki pula....
Rejeki sesuai kapasitas kita
Lantas siapakah yang mendapatkannya ??

Barangkali perempuan sepuh inilah yang mendapatkannya.
Bukan karena ia ahli ibadah....
Bukan pula karena I’tikafnya yang  kuat di masjid.
Tapi dialah pelaksana dari yang katanya ‘hanya’ bisa *fatikah* (al Fatihah) itu.

Kesungguhan I’tikaf yang luar biasa.
Bertindak, berlaku, dan berpasrah dalam keriangan rasa.
I’tikaf di masjid yang digelar dalam keluasan yang maha.
Bukan masjid yang sekadar bangunan ibadah.
Kecintaannya yang sederhana dengan penyiapan wedang dan penganan bagi limpuluhan bocah selama puasa, sungguh bukan perkara mudah.
Hanya cinta tuluslah yang bisa.
……………..
Aku jadi teringat  pertanyaan teman,
tentang pencapaian Lailatul Qodar.
Benarkah memang ia turun di 10 hari terakhir malam ganjil?
Maka … malam yang lebih baik dari 1000 bulan bukanlah instan...
Tak bisa dijujug dengan akhiran,
semua butuh proses…. karena karunia terindah butuh wadah.
Yang dibangun dengan merajut  kebaikan sebelum, selama dan sesudah Ramadhan.
Itulah sesungguhnya _*QODARAN*_
Rezeki tak terduga .....

_Wallahua’lam bishshaawab.._

*****
Sedihnya hati ini... jelang kepergian Ramadhan....
😔❤💕

0 komentar:

Posting Komentar