Aku seekor rayap kecil. Tubuhku mungil dan ringan sekali. Setiap ada hembusan angin, aku dan teman-temanku bisa saja terbawa jauh tak kembali. Karena itu, aku dan rayap lain membuat sarang di dalam tanah. Sarang kami dalam dan panjang serta berkelok-kelok. Untuk keperluan bernafas, kami membuat terowongan yang bisa ditembus angin.
Dalam masyarakat rayap di kenal struktur yang sangat teratur. Ada pimpinan yang memiliki kekuasaan tertentu. Ada pembagian tugas yang jelas di antara kami. Misalnya, seekor ratu tugasnya adalah bertelur dalam jumlah yang sangat banyak. Rayap tentara tugasnya adalah memimpin perang kepada semut misalnya. Dengan adanya pembagian tugas itu, masyarakat rayap timbul rasa tidak adil.
Meskipun kecil bangsa kami memiliki kelebihan yang di karuniakan oleh Alloh Swt. berupa kemampuan untuk melumat benda-benda yang lebih besar dan lebih kuat. Kami memiliki zat yang sangat ampuh. Sebatang kayu yang kuat dan besar kalau kami makan akan segera tumbang karena cairan itu. Aku sangat bersyukur kepada Alloh Swt. Tuhan Yang Maha Besar.
Suatu siang kami keluar sarang untuk mencari dan pindah kesarang yang baru. Tetapi, angin segera berhembus dan tanpa aku duga tubuhku sudah melayang-layang di udara. Aku khawatir sekali kalau jatuh ke sungai atau lautan yang amat luas. Aku tidak bisa berenang. Aku terus bermohon agar selamat.
Alhamdulillah, aku jatuh diatas bangunan yang sangat indah dan megah. Belum lagi aku menyadari keindahan bangunan itu, tiba-tiba kakiku terpeleset dan jatuh di atas mihrob sebuah masjid. Masjid itu bagus sekali, tiangnya terbuat dari besi berlapis emas. Aku baru menyadari bahwa itu adalah tempat ibadah Nabi Sulaiman as. Nabi yang aku kagumi karena kepandaian, kekayaan, dan ketaatan kepada Alloh Swt.
Aku mendengar kabar bahwa Nabi Sulaiman as. paling tidak senang diganggu ketika beribadah. Karena itu, takut sekali pada beliau. Bukankah beliau Nabi yang bisa mengerti bahasa binatang? Jangan-jangan bicaraku bisa di dengarnya.
Aku berjalan perlahan melihat dengan seksama setiap sudut dari tempat ibadah itu. Sungguh luar biasa indahnya. Aku mengamati beliau yang sedang duduk tenang di mihrob sambil memegang tongkatnya yang indah. Lama sekali tetapi beliau tak kunjung beranjak.
Hari-hari terus berganti setiap aku melihatnya, beliau tetap tenang di tempat. Lama kelamaan rasa ingin tahuku muncul, mengapa beliau tidak berdiri juga. Tidak laparkah? Tidak ingin kebelakang kah? atau tidak ingin keluar kah? Aku berjalan merayap di dekatnya. Beliau hanya diam. Aku beranikan diri memanjat tongkatnya, beliau tidak perduli.
Aku akhirnya mulai memakan tongkat itu. Astaghfirulloh beliau tidak tahu. Aku senang sekali. Akan tetapi, baru aku menyadari kalau sebenarnya Nabi yang aku kagumi itu telah meninggal di tempat ibadah bersandar di atas tongkatnya. Aku bersyukur dapat menyaksikan akhir hayat seorang Nabi yang memang aku kagumi.
Semua prajurit (terdiri dari jin dan manusia) hanya tahu bahwa mereka sedang di awasi oleh seorang raja yang bijaksana. Berkat jasa rayap lah yang melapukkan tongkat Nabi Sulaiman hingga semua menyadari bahwa Nabi Sulaiman telah meninggal.
Pertanyaan :
1. Berapa lama rayap memakan tongkat Nabi Sulaiman?
2. Jenis kayu tongkat Nabi Sulaiman adalah?
1. Berapa lama rayap memakan tongkat Nabi Sulaiman?
2. Jenis kayu tongkat Nabi Sulaiman adalah?
0 komentar:
Posting Komentar